Kamis, 30 Juli 2015
July 30th 2015
ditengah huru hara dunia, ditengah keramaian tidak terlihat mencolok hanya terdiam berdiri sendiri. ia meminjamkan bahunya untuk bersandar hingga terlelap, meminjamkan jubahnya bagi jiwa yang dingin,tangannya yang besar menyapu rambut dan wajah. terlihat keras diluarnya namun ringkih didalamnya, wajahnya tersenyum. kadang ia membagi bebannya dengan pelukan lembut sambil menutup matanya berbagi asanya. terdengar irama jantungnya, lekuk tubuhnya, bersentuhan setiap inci kulitnya. ku senyamkan tanda di tangan kirinya, sebagai tanda kepemilikan. tanda hanyalah tanda, tidak ada terbesit di dadanya. genggaman tangannya mengendur dan akhirnya terlepas. ia kembali ketengah keramaian. kembali seperti semuanya bermula
Rabu, 08 Juli 2015
July 8th 2015
Kata orang rasain jangan dipikir,
Tapi apa yang dipikir bikin ngerasain. Perasaannya udah dibalut sama kebencian.
Banyak orang yang belum pernah ngerasain ini, bahkan ada juga yang udah
ngerasain kebencian kayak gini. Banyak orang yang gak ngerti “kok lo segitu
bencinya sama dia?” ya mereka gak ngerti. Bahkan gunung pun juga gak akan
ngerti.
Dulu lukanya ada difisik,sekarang luka yang dia berikan di dalam,cukup dalam untuk menyakiti 3 perempuan. Sampai bibir juga gaksanggup berbicara, hanya bisa tergerak pada saat berdoa. sumur di matapun juga udah gak mampu mengeluarkan airnya. Sudah lama memang gue kehilangan sosoknya, namun kali ini benar benar sudah gue anggap tidak ada. Di atap itu seakan akan hanya tinggal 3 orang saja. setiap kata yang gue tulis bikin gue terisak sesak rasanya, bahwa kenyataan di muka bumi ini lebih pahit. Ini lah manusia, penuh dosa dan kebencian. Namun perempuan itu, ada secercak cahaya di kakinya, surga katanya. Gue bisa bertahan, pasti bisa.
Dulu lukanya ada difisik,sekarang luka yang dia berikan di dalam,cukup dalam untuk menyakiti 3 perempuan. Sampai bibir juga gaksanggup berbicara, hanya bisa tergerak pada saat berdoa. sumur di matapun juga udah gak mampu mengeluarkan airnya. Sudah lama memang gue kehilangan sosoknya, namun kali ini benar benar sudah gue anggap tidak ada. Di atap itu seakan akan hanya tinggal 3 orang saja. setiap kata yang gue tulis bikin gue terisak sesak rasanya, bahwa kenyataan di muka bumi ini lebih pahit. Ini lah manusia, penuh dosa dan kebencian. Namun perempuan itu, ada secercak cahaya di kakinya, surga katanya. Gue bisa bertahan, pasti bisa.
Langganan:
Postingan (Atom)