Bagi saya semua orang pahlawan bagi dirinya sendiri, tapi
yang akan saya ceritakan ini adalah pahlawan bagi keluarganya. Namanya dyo,
kami tidak saling kenal hanya bertegur sapa setiap saya keluar atau masuk
rumah. Dyo bekerja dirumah saya, lebih tepatnya bosnya membuka rumah makan
padang dan ngontrak disamping rumah saya sebagai dapurnya.
Dyo satu
tahun lebih muda dari saya, yaitu 21 tahun. Beberapa bulan lalu ia datang jauh
dari kampungnya pacitan, mempertaruhkan nasibnya di jakarta. Berbekal pendidikan terakhirnya SMK, ia
bekerja dalam berbagai bidang sampai pada akhirnya bekerja sebagai juru masak
di rumah makan padang.
Orang tuanya
tidak bekerja dan adiknya juga masih bersekolah, keluarganya bergantung pada
dyo. Dyo ingin membahagiakan orangtuanya, saat sakitpun dyo berusaha untuk
tetap bekerja demi mengais rezeki.
Malam ini
tidak ada yang menjadi saksi dari nafas terakhirnya, tangan saya bergetar saat
saya mengantarkannya ke rumah sakit. Dyo sudah merasakan sakit dari beberapa
hari yang lalu dan tetep memaksakan untuk bekerja, kepalanya ada bekas benturan
tepat di dahinya. Saat diperjalanan kami menyadari nafasnya sudah tidak ada,
pertolongan pertama tidak membantu. Kami semakin khawatir saat rumah sakit yang kami datangi peralatannya
tidak memadai sehingga kami harus berpindah rumah sakit lagi.
Di rumah
sakit ke 2, dyo langsung dilarikan ke unit gawat darurat. Beberapa dokter
menghamipiri dan memeriksanya. Dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat
alat pendeteksi detak jantung menggambarkan garis lurus. Tidak terasa air mata
saya jatuh, saya merasakan sakit dan pahit. Walaupun saya tidak mengenal dyo,
tapi saat itu saya merasa dyo adalah keluarga saya. Keluarga aslinya sampai sekarang belum tahu
keadaan anak pertamanya itu karena tidak ada yang bisa dihubungi.
Dyo apriliato
semoga kamu tenang disana, bahagia disana, nafas terakhirmu di bulan yang baik
ini di bulan ramadhan. Semoga dosa dosanya terampuni, kamu sudah menjadi
pahlawan bagi kami, keluargamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar